Pengertian laba
yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang
merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya (Anis Chariri dan Imam,
2007). Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung
pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. IAI tahun 2004 memiliki
pengertian lain mengenai income. IAI 2004 justru tidak menterjemahkan income
dengan istilah penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, (IAI, 2004) mengartikan income (penghasilan) sebagai
berikut :
Penghasilan (income)
adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Tidak
adanya persamaan pendapat untuk mendefinisikan laba secara tepat disebabkan
oleh luasnya penggunaan konsep laba. Para akuntan mendefinisikan laba dari
sudut pandang perusahaan sebagai satu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income)
secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Belkoui menyebutkan bahwa laba akuntansi
memiliki lima karakteristik berikut (Belkoui, 1993) :
1.
Laba
akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasaldari penjualan
barang atau jasa.
2.
Laba
akuntansi didasarkan pada postulat periodeisasi dan mengacu pada kinerja
perusahaan selama satu periode tertentu.
3. Laba
akuntansi didasarkan prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus
tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4.
Laba
akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk
biaya historis.
5. Laba
akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan
dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Kelima
karakteristik laba akuntansi di atas memungkinkan untuk menganalisis keunggulan
dan kelemahan laba akuntansi. Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan
sebagai berikut (Belkoui, 1993) :
1.
Laba
akuntansi bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi.
2.
Laba
akuntansi diukur dan dilaporkan secara objektif, dapat diuji kebenarannya
karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual, yang didukung bukti
objektif.
3. Laba
akuntansi memenuhi kriteria konservatisme, dalam arti akuntansi tidak mengakui
perubahan nilai tetapi hanya mengakui untung yang direalisasi.
4.
Laba
akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian, terutama pertanggungjawaban
manajemen.
Sementara itu,
kelemahan mendasar dari laba akuntansi terletak pada relevansinya dalam proses
pengambilan keputusan. Kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai
berikut (Belkoui, 1993) :
1.
Laba
akuntansi gagal mengakui kenaikan aktiva yang belum direalisasi dalam satu
periode karena prinsip cost histories dan prinsip realisasi.
2. Laba
akuntansi yang didasarkan pada cost histories mempersulit perbandingan
laporan keuangan karena adanya perbedaan metode perhitungan cost dan
metode alokasi.
3.
Laba
akuntansi yang didasarkan prinsip realisasi, cost histories, dan konservatisme
dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan.
Tanpa
memperhatikan masalah-masalah yang muncul atas keunggulan dan kelemahan labaakuntansi, informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai
tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan
dapat digunakan untuk (Anis Chariri dan Imam, 2007) :
1. Sebagai
indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested
capital).
2.
Sebagai
pengukur prestasi manajemen.
3.
Sebagai
dasar penentu besarnya pengenaan pajak.
4.
Sebagai
alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.
5.
Sebagai
dasar kompensasi dan pembagian bonus.
6.
Sebagai
alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
7.
Sebagai
dasar untuk kenaikan kemakmuran.
8.
Sebagai
dasar pembagian dividen.
Menurut
Febrianto dan Widiastuty (2005), ketiga angka laba akuntansi yakni laba kotor,
laba operasi dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran efisiensi manajer
dalam mengelola perusahaan. Investor dan kreditor yakin bahwa ukuran kinerja
yang diutamakan dalam penilaian kinerja perusahaan adalah ukuran kinerja yang
mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan di masa mendatang dengan
lebih baik. Penilaian kinerja perusahaan ini didasarkan melalui informasi pada
laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba operasi dan laba
bersih.
Laba kotor
adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang
terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan, untuk
perusahaan pemanufakturan perhitungan dimulai dari tahap ketika bahan baku
masuk ke pabrik, diolah, hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang
berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost
barang terjual.
Angka laba
operasi adalah selisih laba kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya-biaya
operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan atau
biaya-biaya yang sering terjadi di dalam perusahaan dan bersifat operatif.
Selain itu, biaya-biaya ini diasumsikan memiliki hubungan dengan penciptaan pendapatan.
Diantara biaya-biaya operasi tersebut adalah : biaya gaji karyawan, biaya
administrasi, biaya perjalanan dinas, biaya iklan dan promosi, biaya penyusutan
dan lain-lain.
Angka laba
bersih adalah angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari
kegiatan operasi perusahaan maupun non operasi perusahaan. Dengan demikian,
sesungguhnya laba bersih ini adalah laba yang menunjukkan bagian laba yang akan
ditahan di dalam perusahaan dan yang akan dibagikan sebagai dividen.
Masing-masing
dari hasil laba tersebut, memiliki kandungan informasi tersendiri yang dapat
digunakan untuk memprediksi laba dan juga aliran kas masa depan. Martin H.L
Tobing (2007), menyimpulkan bahwa laba yang dihasilkan perusahaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Selain itu, Ika Kusumaningtyas
(2003) menyatakan bahwa laba yang diklasifikasikan menjadi laba operasi dan
laba non operasi memiliki daya prediksi untuk memprediksi arus kas di masa
mendatang serta menunjukkan hubungan positif dengan arus kas masa mendatang.
Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak menspesifikan kandungan informasi dari
laba manakah yang lebih mampu memprediksi arus kas di masa mendatang.