Akuntansi dan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi. Untuk itu sebelum mendefinisikan pengertian laporan keuangan, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian akuntansi dari beberapa pendapat para ahli berikut.

Munawir (2002) mendefinisikan, “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya”.

Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) menyatakan, “Accounting is the information system that measures business activities, processes that information into reports, and communicates the results to decision makers”.

Weygandt, Kieso, dan Kell (1996) menyatakan, “Accounting is a process of three activities: identifying, recording, and communicating the economic events of an organization (business or nonbusiness) to interested users of the information”
.
Dari pengertian para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, akuntansi merupakan rangkaian proses dari transaksi / peristiwa-peristiwa dan kejadiankejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan yang diidentifikasi, dicatat , lalu digolongkan secara periodik dan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan yang kemudian digunakan dalam penilaian dan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap kesatuan usaha yang bersangkutan.

Akuntansi mengatur dan meringkas suatu informasi ekonomi sehingga para pembuat keputusan dapat menggunakannya. Informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Berikut adalah kutipan dari beberapa pandangan para ahli mengenai laporan keuangan yang dianggap sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan skripsi ini.

IAI (2004) mendefinisikan, “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim, E. (2002) menyatakan, “Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan”.

Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) menyatakan, “Financial statement is documents that report on a business in monetary amounts, providing information to help people make informed business decisions”.

Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan laporan hasil dari proses akuntansi yang dikuantifikasi dalam nilai moneter yang memberikan informasi tentang keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan, dimana biasanya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut IAI (2004), “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen”.

Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004) mendefinisikan, “Tujuan pemakai laporan keuangan adalah untuk mengetahui dan menafsirkan informasi untuk menjawab pertanyaan berikut:
-          Apakah investasi memberikan hasil yang menarik ?
-          Seberapa besar risiko dalam investasinya ?
-          Apakah perusahaan yang ada harus dibubarkan ?
-          Cukupkah arus kas untuk membayar bunga dan pokok pinjaman perusahaan ?
-          Apakah perusahaan memberikan kesempatan kerja, perkembangan, dan keuntungan ?
-          Bagaimana daya saing dengan lingkungan ?
-          Apakah perusahaan punya prospek yang baik terhadap pelanggan ?

Laporan keuangan dan data lain yang disajikan perusahaan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas ”.

Pihak – Pihak Yang Menggunakan Laporan Keuangan

Mengacu pada pendapat Munawir dan IAI, pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :

Pemakai Internal, adalah sebagai berikut :
a.       Pemilik perusahaan
Dimana sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada orang lain seperti perseroan ; karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan. Selain itu, laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya.

b.      Manager atau pimpinan perusahaan.
Yang terpenting bagi management adalah bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggung-jawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang baru lalu akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang lebih tepat. Disamping itu, laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manager untuk :
- Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan
- Untuk mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan
- Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab
- Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

c.       Karyawan.
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

Pemakai Eksternal, adalah sebagai berikut :
a.       Investor.
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b.      Pemberi pinjaman.
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

c.       Pemasok dan kreditor usaha lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

d.      Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.

e.       Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

f.       Masyarakat.
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2002), “Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
1.      Fakta-fakta yang telah dicatat
Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dan catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost).
Kita tidak mencoba menaksir berapa jumlah yang harus dikorbankan jika kita akan menggantikan aktiva tersebut atau dengan kata lain kita tidak mencoba untuk menaksir nilai realisasi atau nilai ganti aktiva tersebut (current market value atau replacement value-nya).

2.      Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam Akuntansi
Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting Principles); hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan (expediensi) atau untuk keseragaman. Misalnya cara mengalokasikan biaya untuk persediaan alat tulis menulis, apakah harus dinilai menurut harga belinya atau menurut nilai pasar pada tanggal penyusunan laporan keuangan ? Menurut laporan yang konvensional pos semacam ini dinilai menurut harga belinya. Untuk penentuan piutang, menurut metode atau peraturan yang konvensional adalah berdasarkan jumlah yang akan direalisir (dengan menggunakan taksiran yang tidak akan dapat ditagih terhadap jumlah piutang pada saat itu). Disamping itu, di dalam akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain :
a.   Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern atau kontinuitas usaha, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada saat terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah-jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva itu dijual atau dilikuidir.
b.  Daya beli dari uang dianggap tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini bertentangan dengan kenyataan namun akuntansi mencatat semua transaksi atau peristiwa dalam jumlah uangnya dan tidak mengadakan perbedaan antara nilainilai dari berbagai tahun.
Anggapan, prinsip atau konsep-konsep lain yang pada dasarnya untuk expediensi atau mempermudah pelaksanaan pencatatan akuntansi misalnya konsep konservatif, konsep biaya unit pengukur, konsistensi, dan lain sebagainya.

3.      Pendapat pribadi (personal judgement)
Dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standard praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau management perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan di dalam beberapa hal. Misalnya cara-cara atau metode untuk menaksir piutang yang tidak akan dapat ditagih, dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dari suatu aktiva tetap akan sangat tergantung pada pendapat pribadi management-nya dan berdasar pengalaman masa lalu. Juga misalnya dalam menentukan nilai persediaan, pada prinsipnya dinilai berdasarkan harga pokoknya (bila lebih rendah dari harga pasar), namun management atau akuntan penyusun laporan itu dapat memilih atau menentukan harga pokok yang mana yang akan dipakai, apakah berdasarkan first in first out di mana barang yang masuk pertama dianggap sebagai yang dikeluarkan pertama atau last in first out di mana barang yang masuk terakhir dianggap yang dikeluarkan lebih dahulu atau dengan metode rata-rata “.

Sedangkan menurut Simangunsong (1997), mendefinisikan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1.      Laporan keuangan bersifat historis
yaitu laporan keuangan atas kejadian yang telah lewat karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan.
2.      Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu
3.      Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan
4.      Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material
Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu, sehingga laporan keuangan tidak akan memuat hal-hal yang tidak material didalamnya.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
1.      Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final, seperti laporan keuangan bulanan, triwulan, atau enam bulanan.
2.     Laporan keuangan bersifat historis, dimana disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu. Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru (misleading).
3.    Angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
4.  Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikuantifisir); misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, sehingga laporan keuangan hanya memuat hal-hal yang material didalamnya.
5.     Laporan keuangan bersifat umum, sehingga tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu dan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan.

Jenis – jenis Laporan Keuangan

Menurut IAI (2004), “Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponenkomponen berikut ini :
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan.

Berikut ini membahas tentang jenis-jenis laporan keuangan beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya.

1. Neraca (Balance sheet)
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004) mendefinisikan, “Neraca menunjukkan posisi keuangan ; aset, liabilitas dan kekayaan pemegang saham ; suatu perusahaan pada saat tertentu, seperti pada akhir kuartal atau akhir tahun tertentu”. ”Dari definisi, Neraca harus memiliki keseimbangan antara aktiva secara keseluruhan sama dengan jumlah kewajiban dan modal milik pemegang saham.

Aktiva = Kewajiban + Kekayaan pemegang saham.

Menurut Winarno dan Ismaya (2003) mendefinisikan, “Neraca adalah catatan tentang perbandingan untung-rugi, utang piutang, pemasukan-pengeluaran, dan sebagainya dalam sebuah perusahaan pada akhir periode perdagangan. Dalam neraca harus dicantumkan keterangan tentang aktiva yang dimiliki perusahaan serta kewajiban atau tagihan pihak penyuplai dana untuk mendapatkan aktiva perusahaan tersebut. Penyusunan neraca haruslah sistematis sehingga memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu”.

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa neraca adalah daftar yang sistematis tentang aktiva, kewajiban / hutang, dan modal milik pemegang saham , yang bertujuan untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, biasanya pada akhir kuartal atau akhir tahun tertentu.
Pos-pos neraca menurut IAI (2004) mencakup :
a. Aktiva berwujud
b. Aktiva tidak berwujud
c. Aktiva keuangan
d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
e. Persediaan
f. Piutang usaha dan piutang lainnya
g. Kas dan setara kas
h. Hutang usaha dan hutang lainnya
i. Kewajiban yang diestimasi
j. Kewajiban berbunga jangka panjang
k. Hak minoritas; dan
l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.

Bahasan berikut ini mengenai unsur-unsur yang terdapat pada neraca dari suatu
laporan keuangan.

1.1 Aktiva
Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Mengacu pada pendapat IAI (2004) perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar”.

Menurut Munawir (2002), “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah :
a.      Kas
atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan tetapi sudah ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap atau tujuan-tujuan lain) tidak dapat dimasukkan dalam pos Kas. Termasuk dalam pengertian Kas adalah check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan check atau bilyet) setiap saat diperlukan oleh perusahaan.
b.      Investasi Jangka Pendek (surat-surat berharga atau marketable securities)
adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
c.       Pihutang Wesel
adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
d.      Pihutang Dagang
adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pihutang Dagang atau Pihutang Lain-lain biasanya disajikan dalam neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai nominal piutang dikurangi dengan Cadangan Kerugian Pihutang (taksiran piutang yang tak tertagih).
e.       Persediaan
untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan Persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufacturing (yang memproduksikan barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi : (1) Persediaan Bahan Mentah; (2) Persediaan Barang Dalam Proses dan (3) Persediaan Barang Jadi.
f.        Pihutang Penghasilan atau Penghasilan yang Masih Harus Diterima
Adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.
g.      Persekot atau Biaya yang Dibayar Dimuka
adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.

Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah :
a.      Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang ini dapat berupa : (1) saham dari perusahaan lain, obligasi atau pinjaman kepada perusahaan lain; (2) aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan ataupun (3) dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu.
b.      Aktiva Tetap
adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang phisiknya nampak (konkrit). Yang dimasukkan dalam kelompok aktiva tetap ini meliputi : (1) Tanah yang di atasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parkir dan lain sebagainya; (2) Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik; (3) Mesin ; (4) Inventaris; (5) Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. Aktiva tetap selain tanah, akan disusut selama jangka waktu/umur kegunaannya.
c.       Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets)
adalah kekayaan perusahaan yang secara phisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam intangible fixed assets ini antara lain meliputi : Hak Cipta, Merk Dagang, Biaya Pendirian (organization cost), Lisensi, Goodwill, dan sebagainya.
d.      Beban Yang Ditangguhkan (Deferred Charges)
adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah : Biaya Pemasaran, Diskonto Obligasi, Biaya Pembukaan Perusahaan, Biaya Penelitian dan sebagainya.
e.       Aktiva Lain-lain (Other Assets)
adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya, misalnya : Gedung dalam Proses; Tanah Dalam Penyelesaian; Pihutang Jangka Panjang dan sebagainya.

1.2 Kewajiban
Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) mendefinisikan, “Liabilities is an economic obligation (a debt) payable to an individual or an organization ouside the business.

Menurut Munawir (2002), “Kewajiban atau hutang perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Hutang lancar meliputi antara lain :
a.      Hutang Dagang
adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit.
b.      Hutang Wesel
adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu di masa yang akan datang.
c.       Hutang Pajak
baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Peendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
d.      Biaya Yang Masih Harus Dibayar
adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
e.       Hutang Jangka Panjang Yang Segera Jatuh Tempo
adalah sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
f.        Penghasilan Yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue)
adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir.

Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang meliputi :
a.      Hutang Obligasi
b.      Hutang Hipotik, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu.
c.       Pinjaman Jangka Panjang yang lain

1.3 Ekuitas Pemegang Saham
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004)nmendefinisikan, “Ekuitas/Modal Pemegang Saham adalah sisa aktiva dikurangi dengannkewajiban (passiva). Ekuitas pemegang saham meliputi :
a.      Saham Biasa (Common Stock)
Winarno dan Ismaya (2003) mendefinisikan,”Saham biasa adalah saham yang dimiliki oleh suatu badan usaha yang tidak mempunyai hak istimewa, misalnya untuk mendapatkan dividen dengan jumlah % yang ditetapkan, penentuan pengurus, dan atau sisa harta perusahaan bila perusahaan dilikuidasi.
b.      Modal Setoran Tambahan (Additional Paid-In Capital)
Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004), “Perkiraan ini menunjukkan jumlah dimana harga jual perdana saham biasa melebihi harga nominal. Misalnya suatu perusahaan menjual 1000 lembar saham, harga nominal $1, per lembar, dijual $3 per lembar. Modal saham biasa $1.000 dan modal tambahan $2000.
c.       Laba Ditahan (Retained Earnings)
Perkiraan ini adalah penjumlahan laba yang diperoleh perusahaan semenjak perusahaan didirikan, dikurangi dengan dividen tunai yang dibayar atau dividen saham.
d.      Perkiraan Ekuitas Yang Lain
termasuk saham istimewa (preferred stock), laba komprehensif yang lain-lain, dan saham perbendaharaan.

2.  Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
Block dan Hirt mendefinisikan, “The Income Statement is the major device for measuring the profitability of a firm over a period of time.

Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004), “Laporan laba-rugi (disebut juga laporan pendapatan) menyajikan pendapatan beban laba bersih, dan laba per lembar saham untuk satu periode akuntansi. Biasanya satu tahun sekali atau satu kuartal satu.

Menurut hemat penulis, laporan laba-rugi adalah ikhtisar pendapatan dan beban yang menunjukkan hasil bersih (laba bersih atau rugi bersih) suatu perusahaan untuk satu periode akuntansi. Unsur – unsur laporan laba-rugi menurut IAI (2004) mencakup :
a. Pendapatan
b. Laba rugi usaha
c. Beban pinjaman
d. Bagian dari laba perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
e. Beban pajak
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
g. Pos luar biasa
h. Hak minoritas; dan
i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004), unsur-unsur laporan laba-rugi adalah sebagai berikut :
a.      Penjualan Bersih (Net Sales)
Seluruh pendapatan penjualan selama tiga tahun, setiap tahun diperlihatkan sesudah dipotong dengan retur dan diskon. Retur penjualan adalah pembatalan penjualan, dan diskon penjualan adalah potongan dari harga faktur asli. Karena penjualan adalah sumber pendapatan terbesar untuk semua perusahaan, tren angka ini menjadi elemen kunci ukuran kinerja perusahaan.
b.      Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold)
Pengurangan pertama dari penjualan adalah harga pokok produk yang dijual kepada pelanggan. Beban ini disebut harga pokok penjualan. Jumlah harga pokok penjualan sangat dipengaruhi oleh asumsi arus biaya yang dipakai untuk menilai persediaan. Hubungan antara harga pokok penjualan dengan penjualan bersih disebut persentase harga pokok penjualan, adalah satu penentu laba, karena harga pokok penjualan adalah beban terbesar untuk semua perusahaan.
c.       Laba Kotor (Gross Profit)
Beda antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba kotor. Laba kotor adalah laba tingkat pertama dalam laporan laba-rugi yang multiple step. Laba kotor menunjukkan berapa besar laba yang dihasilkan perusahaan sesudah dipotong dengan harga pokok penjualan. Laba kotor dinyatakan dalam persentase terhadap penjualan bersih disebut profit margin.
d.      Beban Usaha (Operating Expense)
Mengacu pada pendapat IAI (2004) perusahaan menyajikan di Laporan Laba Rugi, rincian beban dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban di dalam perusahaan. Ada 5 kategori beban operasi, yaitu :
1.      Beban penjualan dan administrasi
adalah beban yang berhubungan dengan penjualan barang atau jasa, dan fungsi manajemen di bisnis perusahaan. Termasuk gaji, sewa, asuransi, utility, supplies, dan kadang-kadang penyusutan dan beban iklan.
2.      Beban iklan
adalah beban yang besar dalam anggaran pemasaran yang menentukan kesuksesan perusahaan.
3.      Pembayaran sewa guna usaha
termasuk biaya yang berhubungan dengan sewa fasilitas outlet eceran.
4.      Penyusutan dan Amortisasi
Penyusutan digunakan untuk mengalokasikan harga aktiva berwujud seperti properti, mesin, peralatan, perabot, dan kendaraan. Amortisasi adalah proses pengurangan aktiva tak berwujud, patent, copyright, merk dagang, izin, franchise, dan goodwill. Nilai untuk mendapatkan dan menggabungkan sumber alam : minyak, dan gas, mineral, dan hutan ; dialokasikan melalui deplesi. Jumlah biaya yang diakui dalam periode akuntansi tergantung pada tingkat investasi aktiva yang bersangkutan, estimasi usia ekonomis aktiva tersebut dan nilai sisa, dan metode penyusutan yang dipakai.
5.      Perbaikan dan pemeliharaan
adalah beban reparasi dan pemeliharaan properti, pabrik, dan peralatan. Beban yang dikeluarkan hendaknya berkaitan dengan tingkat investasi dan umur, dan kondisi aktiva tetap perusahaan. Seperti halnya biaya riset dan pengembangan dan iklan dan beban pemasaran, cadangan yang tidak cukup untuk memelihara dan perbaikan aktiva tetap akan mengganggu kelancaran/keberhasilan bisnis perusahaan. Kategori ini, sebagaimana penyusutan harus dievaluasi sehubungan dengan investasi perusahaan dalam aktiva tetap.
e.       Laba Usaha (Operating Profit)
Laba usaha (juga disebut EBIT) adalah laba tingkat ke 2 dalam laporan laba-rugi dan mengukur kinerja kegiatan perusahaan secara keseluruhan, laba kotor dikurangi dengan beban usaha. Angka laba usaha memberikan kita satu dasar untuk mengukur kesuksesan terpisah dari kegiatan pembelanjaan dan kegiatan investasi dan terpisah dari status pajak.
f.        Pendapatan (Beban) Lain-lain
Termasuk dalam kategori ini adalah pendapatan dividen, pendapatan bunga, dan beban bunga, laba (rugi) investasi, laba (rugi) penjualan aktiva tetap.
g.      Laba Sebelum Pajak
adalah laba sebelum dipotong dengan pajak. Pajak penghasilan dibicarakan dalam catatan laporan keuangan menggambarkan beda antara angka pajak penghasilan yang dilaporkan dengan jumlah pajak penghasilan yang dibayar (pajak yang ditangguhkan).
h.      Laba Bersih (Net Earnings)
Laba bersih atau “Garis Bawah” adalah laba perusahaan sesudah memperhitungkan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan semasa periode akuntansi.
i.        Laba Per Saham Biasa (Earning Per Common Share)
Laba per saham adalah laba bersih yang tersedia untuk para pemegang saham untuk periode dibagi angka rata-rata saham biasa yang beredar. Gambaran ini menunjukkan pengembalian (return) kepada para pemegang saham untuk setiap saham yang mereka miliki.
j.        Laba Komprehensif (Comprehensive Income)
Ada 4 macam komponen laba komprehensif, yaitu :
  • Dampak penjabaran valuta asing
adalah hasil pengungkapan yang digariskan oleh Statement FASB No. 52 “Foreign Currency Translation”. Jika satu perusahaan Amerika beroperasi di luar negeri, laporan keuangan luar negeri harus diterjemahkan dalam dolar Amerika pada akhir tahun. Karena ada perubahan nilai dolar terhadap valuta asing, ada kemungkinan laba atau rugi dalam proses penjabaran valuta. Laba atau rugi valuta asing yang berfluktuasi dari periode ke periode, diakumulasi di seksi ekuitas pemegang saham.
  • Keuntungan atau kerugian atas yang tidak direalisir
Berdasarkan saduran dari statement FASB No. 115, keuntungan atau kerugian atas yang tidak direalisir investasi di surat-surat berharga hutang dan ekuitas yang digolongkan dalam “available for sales” dilaporkan dalam laba komprehensif. Akumulasi keuntungan dan kerugian neto yang tak direalisir dilaporkan di laba komprehensif lain di seksi ekuitas pemegang saham di dalam neraca.
  • Kewajiban pensiun tambahan
dilaporkan sebagai laba komprehensif lainlain apabila manfaat kewajiban yang diakumulasi lebih besar daripada nilai harga pasar yang wajar aset dikurangi saldo-saldo kewajiban pensiun yang masih harus dibayar atau ditambah saldo aset pensiun yang ditangguhkan.
  •  Aliran kas yang dihedging ; Perusahaan yang menggunakan Cash Flow hedges (Derivatives dirancang sebagai hedging terhadap cash flow dari transaksi yang diproduksi) disyaratkan melaporkan keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajar cash flow yang di hedging di laba komprehensif lain-lain dan selanjutnya direklasifikasi jumlah itu ke dalam laba apabila transaksi yang diramalkan mempengaruhi laba.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut IAI (2004), “Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
a. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

4. Laporan Arus Kas
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004) mendefinisikan, “Laporan arus kas disajikan demikian: Dengan menghitung semua perubahan perkiraan neraca, termasuk kas, kemudian buatlah daftar semua perubahanperubahan perkiraan itu, kecuali arus kas masuk atau kas keluar, dan golongkan arus itu ke dalam aktivitas operasi, financing, dan investasi. Arus kas masuk dikurangi arus kas keluar menyeimbangkan dan menjelaskan perubahan kas. Untuk mengklasifikasi perubahan-perubahan perkiraan neraca pertama-tama harus menelaah definisi empat bagian laporan arus kas.
a.      Kas
termasuk kas dan surat-surat berharga yang likuid dalam jangka pendek disebut juga ekuivalen kas.
b.      Aktivitas Operasi
yang termasuk di arus kas masuk, yaitu penjualan barang dagang, pendapatan dari jasa, pendapatan bunga aset yang menghasilkan (bunga), dan pendapatan ekuitas surat berharga (dividen). Selain itu, yang termasuk di arus kas keluar adalah pembayaran pembelian barang dagang, pembayaran untuk beban operasi (gaji, sewa, asuransi), pembayaran untuk pembelian kepada supplies di luar persediaan, pembayaran kepada pembeli pinjaman (bunga), dan pembayaran untuk pajak.
c.       Aktivitas Investasi
yang termasuk di arus kas masuk adalah penjualan aktiva jangka panjang (properti, pabrik, peralatan), penjualan surat hutang atau ekuitas perusahaan lain (kecuali surat berharga yang diperlakukan sebagai setara kas), dan pengembalian dari pokok pinjaman kepada pihak ketiga. Kemudian yang termasuk di arus kas keluar, yaitu pembelian aktiva berumur panjang, pembelian surat hutang dan ekuitas perusahaan lain (kecuali trading securities), dan pinjaman kepada pihak lain-lain.
d.      Aktivitas Financing
yang termasuk di arus kas masuk, yaitu: hasil dari pinjaman dan hasil dari penerbitan saham ekuitas sendiri. Sedangkan yang termasuk di arus kas keluar adalah pelunasan pokok pinjaman, pembelian kembali saham perusahaan sendiri, dan pembayaran dividen.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut IAI (2004), “Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :
a.       Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
b.      Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas
c.       Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

Bagian kebijakan akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan menjelaskan halhal sebagai berikut :
- Dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan;
- Kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan secara benar.

Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut :
a. Pengakuan pendapatan
b. Prinsip-prinsip konsolidasi
c. Penggabungan usaha
d. Joint venture
e. Pengakuan beban termasuk metode penyusutan atau amortisasi aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud
f. Kapitalisasi biaya pinjaman dan pengeluaran lainnya
g. Kontrak konstruksi
h. Properti investasi
i. Instrumen keuangan dan investasi
j. Sewa guna usaha
33
k. Biaya riset dan pengembangan
l. Persediaan
m. Pajak termasuk pajak tangguhan
n. Penyisihan
o. Biaya manfaat pensiun
p. Penjabaran mata uang asing dan hedging
q. Definisi segmen usaha dan geografis dan dasar alokasi biaya antar segmen
r. Definisi kas dan setara kas
s. Akuntansi inflasi
t. Hibah pemerintah” (h. 1.19).

6. Metode Analisis Laporan Keuangan

6.1. Analisis Horizontal
Menurut definisi Larson, Wild, dan Chiappetta (2002), “Horizontal analysis is comparison of a company’s financial condition and performance across time. Sawir (2005) mendefinisikan, “Analisis horizontal adalah analisa dengan cara membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan.

6.2. Analisis Vertikal
Munawir (2002) mendefinisikan, “Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.

6.3. Analisis Rasio
Menurut definisi Wild, Bernstein, dan Subramayam (2001), “Rasio analysis is among the most popular and widely used tools of financial analysis, yet it’s role is often misunderstood and consequently it’s importance often overated.

Munawir (2002) mendefinisikan, “Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio adalah suatu cara menganalisa pelaksanaan kegiatan perusahaan, menilai keuntungannya, menilai struktur modalnya, dan lainnya, dengan menggunakan tolak ukur yang merupakan perbandingan antara angka-angka dalam neraca dan laporan laba rugi.

7. Jenis-jenis Rasio Keuangan

7.1. Rasio Likuiditas
Mengacu pada pendapat Munawir (2002) rasio likuiditas, yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban finansiil pada saat ditagih. Rasio-rasio likuditas antara lain :
1.      Rasio Lancar / Current Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang jatuh tempo. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang Kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya.
Rumus: Current ratio        =         Aktiva Lancar
Hutang Lancar

2.      Rasio Cepat / Quick Ratio
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa pihutang segera dapat direalisir sebagai uang kas,walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada pihutang.
Rumus: Quick ratio           =          Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar

7.2 Rasio Aktivitas
Munawir (2002) menulis, “Rasio Aktivitas, yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan pihutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.

Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain :
1.      Perputaran Piutang / Accounts Receivable Turnover
Perputaran pihutang memberikan indikasi berapa kali rata, pihutang itu ditagih dalam satu tahun. Mengacu pada pendapat Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004), umumnya perputaran yang tinggi itu bagus, karena ini merupakan bukti efisiensi mengubah pihutang menjadi kas, tetapi perputaran yang terlalu tinggi dapat juga menunjukkan kebijakan kredit dan penagihan terlalu ketat.
Rumus: A/R Turnover       =                Penjualan Bersih
Rata-rata Piutang Dagang

2.      Jangka Waktu Penagihan Piutang / Days Of Receivable
Days of receivable atau rata-rata pengumpulan piutang menunjukkan berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih yang umumnya antara 1 sampai 2 bulan.
Rumus: Days of Receivable =                365        
Rata-rata Piutang

3.      Perputaran Barang / Inventory Turnover
Perputaran barang mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual barang. Rumus: Inventory Turnover =            Harga Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan

4.      Perputaran Aktiva Tetap / Fixed Asstes Turnover
Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Rumus: Fixed Assets Turnover =              Penjualan Bersih
Rata-rata Aktiva tetap Bersih

5.      Perputaran Total Aktiva / Total Assets Turnover
Perputaran total aktiva mengukur efisiensi dalam mengelola seluruh aktiva.
Rumus: Total Assets Turnover =      Penjualan Bersih
Rata-rata Total Aktiva

7.3. Rasio Leverage
Rasio Leverage, yaitu rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Jenis-jenis rasio leverage, yaitu :
1.      Debt ratio
Rasio ini menimbang porsi total aktiva yang dibiayai dengan hutang.
Rumus: Debt ratio             =          Total Hutang
Total Aktiva

2.      Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga / Times Interest Earned Ratio
Mengukur berapa kali beban bunga dibayar dengan laba sebelum pajak penghasilan. Semakin besar rasio ini semakin baik bagi investor.
Rumus: Times Interest Earned = Laba Usaha / Laba Sebelum Pajak dan Bunga
Beban Bunga

7.4. Rasio Profitabilitas
Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004) mendefinisikan, “Rasio Profitabilitas menunjukkan efisiensi dan kinerja keseluruhan. Jenis – jenis Rasio Profitabilitas, yaitu :
1.      Prosentase Laba Usaha / Operating Profit Margin
Operating profit margin, suatu ukuran untuk efisiensi usaha secara keseluruhan memasukkan semua beban usaha yang bertalian dengan bisnis rutin.
Rumus: Operating Profit Margin =           Laba Bersih
Penjualan Bersih

2.      Rasio Tingkat Pengembalian Total Aktiva / Return on Total Assets (ROA)
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan modal sendiri). Makin tinggi rasio ini semakin baik.
Rumus: ROA                                 =         Laba Bersih
Total Aktiva

3.      Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas / Return on Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalam perusahaannya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan profitabilitas dan efisiensi modal sendiri. Makin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat, atau profitabilitas modal sendiri yang semakin baik.
Rumus: ROE                                 =                     Laba Bersih
Ekuitas Pemegang Saham

= Baca Juga Sob =



Ditulis Oleh : Unknown ~ Berbagi Ilmu Pengetahuan

Artikel Akuntansi dan Laporan Keuangan ini diposting oleh Unknown. Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link AKTIF artikel ini sebagai sumbernya. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

::..Get Free Daily Email Updates..::

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baru Lama HomE
to Top