Seperti yang
dikutip dari Yayasan sumbangan dan warisan budaya Al Aqsa pada hari Kamis (3/12) melaporkan bahwa sekelompok Yahudi
fanatik merilis sebuah dokumen yang menyerukan penutupan Masjid Al-Aqsa hingga Palestina membebaskan Gilad Shalit. Dokumen tersebut bertujuan untuk mengumpulkan
tandatangan 10.000 orang pemukim Israel dan menuntut polisi untuk menutup
Masjid suci tersebut sebagai bentuk tekanan terhadap gerakan perlawanan Palestina,
agar bersedia melepaskan Gilad Shalit.
"Kami,
yang bertandatangan di bawah ini, menuntut polisi Israel untuk menutup Masjid
Al Aqsa di hadapan kaum Muslim hingga tiba hari pembebasan
Gilad Shalit, tanpa prasyarat," demikian bunyi dokumen tersebut. "Orang-orang
Arab akan merasa khawatir dan takut kehilangan Masjid, kemudian akan timbul
tekanan internasional dari seluruh Muslim di dunia untuk membebaskan Gilad.
Kita memiliki kartu mati untuk memberikan tekanan, dan orang-orang Arab tidak
akan menyerah dalam hal Masjid Al Aqsa,"
tambah dokumen tersebut.
Mengetahui
isi dokumen tersebut, Sheikh Saleh Lutfi, juru bicara Gerakan Islam di tanah
terjajah tahun 1948, mengecam keras dokumen tersebut, ia mengatakan bahwa isi
dokumen tersebut merefleksikan pikiran tidak waras dari kelompok-kelompok
Yahudi ekstrimis tersebut. Lutfi menambahkan bahwa tidak ada batasan terhadap
sikap arogan dan provokatif dari kelompok Yahudi ekstrimis semacam itu yang
telah menjadi duri di dalam daging di Israel.
Masih
berkisar seputar Gilad Shalit, Jonathan Pollard, yang menjalani hukuman seumur
hidup di dalam penjara AS karena melakukan tindak mata-mata untuk Israel, telah
menyerukan kepada Israel untuk mengeksekusi mati satu demi satu tahanan
Palestina setiap harinya hingga Gilad Shalit dibebaskan, demikian menurut
sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Jerusalem Post pada hari Selasa lalu. Pollard
merasa geram dengan kesepakatan untuk menukarkan 980 orang tahanan Palestina
dengan Gilad Shalit. Hal tersebut disampaikan kepada dua orang aktivis Likud
yang mengunjunginya di penjara, demikian dilansir oleh surat kabar tersebut. Dia
menyarankan, "Netanyahu seharusnya mengambil daftar tahanan yang diminta
oleh Hamas dan membunuh orang-orang dalam daftar tersebut satu per satu setiap
harinya hingga mereka mau membebaskan Gilad Shalit dari penjara. Dia
(Netanyahu) tidak boleh membebaskan teroris, apapun taruhannya."
Pollard,
yang ditahan di North Carolina, mengatakan bahwa pembebasan tahanan Palestina
adalah sebuah chilul Hashem (kejahatan terhadap Tuhan). Pollard
menjalani hukuman penjara seumur hidup karena melakukan tindakan mata-mata
untuk Israel di AS. Dia divonis pada tahun 1987, dan ia masih akan berada di
dalam penjara hingga tahun 2015 mendatang. Di penjara Butner, Noth Carolina,
Pollard menyampaikan hal tersebut kepada Moshe Feiglin dan shmuel Sackett dari
Partai Likud.
Setelah
pertemuan tersebut, yang merupakan kunjungan keenam ke penjara tersebut,
Feiglin mengatakan bahwa Pollard berada dalam kondisi kesehatan yang buruk dan
ia merasa bahwa Israel telah melupakan dirinya.
Sumber : www.suaramedia.com
“
Bagaimana menurut pendapat anda tentang hal tersebut ? “
OKE, Sekian dulu posting dari saya
mengenai Kebusukan Yahudi Terhadap AL-AQSA Demi Memperoleh Gilad Shalit.
Semoga
bermanfaat.....!!
» JANGAN LUPA LIKE N
Komentarnya Yeach...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar