Peristiwa Mei ’98

SAMPAI KAPAN PERISTIWA MEI ’98 TERUNKAP ..?!!

                                                                                                        Tiga belas tahun berlalu sudah peristiwa kerusahan Mei 1998 ketika ratusan orang miskin dibumi hanguskan secara sistematis oleh kekuasan preatorianistik dan seketika itu juga peristiwa tersebut disiarkan televisi mancanegara. Kekerasan massal bernuansa rasila tersebut dibarengi oleh dua peristiwa sebelumnya yang tak kalah mengerikan yaitu penembakan empat mahasiswa Trisakti dan penculikan aktivis pro-demokrasi yang menentang rejim Orde Baru. Hingga kini tidak ada yang mau bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut.

Namun demikian, perjuangan para ibu-ibu keluarga korban dalam menuntut keadilan tidak pernah surut terlebih lagi mereka baru saja mendapatkan suntikan moral dan spirit perjuangan dari The Mothers of Plaza de Mayo yang berkunjung ke Jakarta beberapa Tahun lalu.

Spirit perjuangan yang ditularkan oleh Taty Almeida dan Aurora Morea berangkat dari kecintaan mereka terhadap anak dan dari situlah pencarian keadilan dan kebenaran terus dilakukan. Ketika mereka terus menerus melakukan perjuangan terhadap Negara dalam bentuk ingatan kolektif seperti Aksi Kamisan, meski demikian perjuangan tersebut sering kali terancam dibubarkan maka tak heran kalau kemudian Negara menganggap rendah dan selalu mengabaikannya. Apalagi moment menjelang pemilu presiden dimana para capres tidak ada yang peduli terhadap persoalan penegakan HAM dan penuntasan kejahatan masa lalu. Rehabilitasi dan pemulihan korban dan keluarga korban Mei 98 mutlak dilaksanakan selain mengadili para pelaku pada peristiwa tersebut.

Tahun demi tahun harapan akan terkabulnya permintaan korban dan keluarga korban akan keadilan tidak pernah terkabulkan mengingat kekuasaan dan Negara yang memerintah tidak pernah berpihak pada korban kekerasan politik negara ataupun akibat kebijakan yang melindas masyarakat pinggiran. Kasus kerusuhan Mei ‘98 bukanlah satu satunya perkara pelanggaran HAM masa lalu yang tak tersentuh dan tak pernah terselesaikan hingga kini tapi masih banyak kasus lain semisal peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti, Tragedi Semanggi I & II, pembunuhan pejuang HAM Munir dan masih banyak lagi. Sejarah kelam kerusuhan Mei ‘98 akibat perebutan kekuasaan kala itu mengakibatkan rakyat menjadi tumbal politik sebelum pemerintahan tangan besi meletakkan jabatan.

Anarkisme yang dibuat elite politik itu kini berubah bentuk ketika para elite partai yang juga ingin merebut kekuasaan demi kepentingan golongan dan kelompoknya. Mereka yang terlibat perebutan kekuasaan ketika itu kini bertarung kembali ibarat re-match dalam pertandingan sepak bola. Mengangkat kembali peristiwa kerusuhan Mei ‘98 bukanlah bagian dari rasa ingin membalas dendam tapi lebih kepada penekanan untuk membangun masa depan lewat penuntasan kasus masa lalu.

Penuntasan kasus masa lalu bukan hanya monopoli peristiwa Mei saja melainkan jauh kebelakang hingga meletusnya Gerakan Tiga Puluh September ‘65. Momen peristiwa Mei ini menjadi renungan bersama mendekati Pemilihan Presiden mendatang bahwa kita jangan sampai terjebak untuk memilih mereka yang terlibat dalam persoalan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

" Artikel ini saya kutip dari  idenk  pada 22 Mai 2009, untuk mengingat masa-masa kelam para korban."